gambar dari google
Kembali
pada sebuah waktu di tahun 2005. Awal dimana saya petama kali datang ke
Bandung. The City of God. Kata teman saya. Kota yang pernah saya kunjungi
ketika berumur 12 tahun. Saya ingat dulu pertama kali saya mengunjungi kota ini
dan mengunjungi daerah Cihampelas. Daerah yang waktu itu masih sangat hits.
Entah kenapa suatu hari saya merasa bahwa saya akan tinggal di kota ini.
Singkat
cerita sekitar tahun 2005, saya pindah ke kota ini meninggalkan kota gudeg yang
bersahaja. Dengan berbekal punya seorang sepupu dan seorang kenalan teman kecil
dulu saya ketika masih tinggal di Ambon.
Akhirnya
Bandung.
Ini
tahun ke-tujuh saya ada di kota ini. Saya selalu suka angka tujuh. Angka
kesayangan yang saya rasa membawa kepada sesuatu. Angka ini sempurna. Karena di
hari ke-tujuh Tuhan mencipta manusia dan Dia bilang bahwa itu baik adanya. Hal
ini tidak bermaksud menyuruhmu untuk men-“dewa”kan sebuah angka atau nomor.
Tidak. Tapi ada hal yang mistis ketika kamu percaya kepada sesuatu. Sesuatu itu
akan membawamu kesana.
Sebutlah
sesuatu itu adalah mimpi.
Ketika
awal-awal saya di Bandung. Saya pernah bermimpi bertemu dengannya. Kami ada
pada sebuah bioskop. Dia duduk persis di
sebelah kiri saya. Saya membawa kereta bayi. Dan saya punya anak kecil. Seorang
laki-laki. Kali itu saya memanggilnya dengan Darell. Nama bule. Dan seorang
anak perempuan yang mungkin saja baru berusia beberapa bulan di dalam kereta
bayi tersebut. Di dalam bioskop yang gelap, Darell tampak tidak betah. Ia turn
dari kursinya dan hendak berjalan ke arah lorong. Ia gelisah. Saya menegur
Darell perlahan. “Darell, stop jalan ke sana kemari ya. Dengar ibu.” Saya lupa
apa saya menyebut diri saya sendiri dengan Ibu atau Mama atau Mommy. Saya lupa.
Dia di sebelah saya. Dengan sangat perlahan berkata “Ssshhh..” sambil mengelus
punggung tangan kiri saya lembut.
Ia
pria yang sangat lembut. Dengan cara berbicara yang halus. Hanya itu clue-nya.
Tak ada yang lain. Disitulah letak kemisteriusannya.
Destini
adalah misteri.
Akan
membawamu kepada sebuah teka-teki kehidupan. Akan menghantarmu kepada petunjuk
yang satu dan yang lain. Tak ada yang bisa memecahkannya. Selain diri kamu
sendiri.
Dan
ketika menulis ini, saya sedang menunggu. Untuk bertemu dengannya. Barangkali
ketika bertemu suatu hari nanti. Saya akan mengenalnya dari suaranya.
Barangkali.
No comments:
Post a Comment