Tak ada hujan yang meleleh sayang. Hujan tersendat entah di tingkap langit sebelah mana—kalau begitu mungkin tanah akan kekeringan hingga teksturnya menjadi pecah-pecah. Malam itu aku pulang untuk berpikir ulang—perjalanan. Pergerakan kemunduran pemberhentian.
Dan aku mendapatkan kenyataan bahwa di dalam perjalanan kita ini, kita terlalu banyak berhenti. Kita terlalu banyak menarik dan menghembuskan nafas lelah. Kita terlalu banyak memperhitungkan sesuatu yang tidak membawa keuntungan, kita terlalu banyak menangis, menjadi sedih berhari-hari, maksudku bukan kita—aku.
Suatu hari di dalam perjalanan ini aku merasa sangat lelah. Aku capek lalu aku hanya kepingin pulang. Hanya saja aku bingung, aku ini hendak pulang kemana. Aku menengok ke belakang, terlalu gelap. Senja pudar. Terlalu jauh—terlalu berliku, banyak kubangan, banyak jurang di kanan dan kiri. Terlalu curam naikan dan turunan itu. Ibarat buku, aku telah membuat banyak garis yang njelimet, sehingga aku sendiri susah menyusurinya balik.
Aku pun kebingungan harus pulang kemana.
Sementara aku melihatmu begitu jauh. Aku memanggilmu dan suaraku terpantul sendiri di dalam keheningan. Kau bahkan tidak bisa mendengarkanku di dalam keheningan. Begini, mungkin yang harus aku lakukan adalah menghapus. Menghapus perjalanan—menghapus tentangmu. Lalu menulis ulang setiap hal baru—memulai lagi dari nol. Memulai lagi dari titik paling rendah.
Pada pemberhentian itu aku menarik nafas dalam-dalam, memejamkan mata lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Jalan pulang satu-satunya yang aku tahu bukan ke arah hatimu—karena terlalu gelap.
Melainkan ke arah hatiku. Semoga kali ini aku tidak keliru.
Dago 349, 26 April 2011. 10:10
Dago 349, 26 April 2011. 10:10
kak Theoo.. aku selalu jatuh cinta sama tulisan kakak :')
ReplyDeletebeautiful as always, just like you :)
-hanaicha-
konon katanya rumah terbaik para pengelana itu adalah hati mereka sendiri. walau pengelana sering bimbang, toh mereka tetap melangkah dan itulah alasan terbaik mengapa hati mereka bisa dipercaya sebagai konon katanya rumah terbaik para pengelana itu adalah hati mereka sendiri. walau pengelana sering bimbang, toh mereka tetap melangkah dan itulah alasan terbaik mengapa hati mereka bisa dipercaya sebagai jawabannya.
ReplyDeletesenang membaca tulisanmu tiap hari kaka :)
bahasanya indah... saya suka blog ini
ReplyDeletesaya follow ya & salam kenal! :)
jadi berpikir tentang jargon "home sweet home". memikirkan apa selama ini kita yang berjalan jauh dari rumah itu pergi untuk sebuah tujuan.. yaitu "rumah" lain.. dan rumah ini adalah ujung perjalanan dihidup kita. bahkan setelah diujung hayat pun kita berpulang.. bukankah itu berarti kita menuju "rumah" yang satunya lagi??
ReplyDeletepulang.. kita pulang ke banyak tempat.. karena di sanubari hati ini banyak yang harus diantar ke tempat yang ingin dilabuhi...
tulisan kamu tuh indah :)
-ciel_duke-
"Kita terlalu banyak memperhitungkan sesuatu yang tidak membawa keuntungan, kita terlalu banyak menangis, menjadi sedih berhari-hari, maksudku bukan kita—aku."
ReplyDeletebetapa tulisan2 disini jadi kaya beneran baca perasaan sendiri :|
keren! *pikiran menerawang*