Ketika sampai di Pulau Ambon, banyak hal memang bisa dilihat. Tetapi ada alternatif kunjungan lain yang bisa dilakukan dan itu bukan hanya di pulau Ambon. Kamu bisa pergi ke Saparua.
Saparua
adalah salah satu Pulau yang terdapat di Maluku Tengah, pulau Saparua
berdekatan dengan Pulau Haruku dan Pulau Nusalaut. Dan dari sinilah Kapitan
Pattimura berasal. Saya berangkat ke Saparua dengan Mbak Upi (seorang teman dari
Tobucil, Bandung) yang waktu itu memang berencana untuk liburan ke Ambon.
Akhirnya
setelah mengeliligi Ambon, kami pun pergi ke Saparua. Kami berangkat pagi-pagi
dari Ambon, karena mengejar jadwal kapal cepat dari Pelabuhan Tulehu. Dengan
menggunakan angkutan umum dari Terminal Pasar Mardika, kami memilih naik
angkutan umum jurusan Liang. Hanya membayar 15 Ribu Rupiah. Turunlah kami di
Pelabuhan Tulehu dan harus mengantri untuk membeli tiket.
Sayangnya
memang sistem pembelian tiket menuju Pulau Saparua itu tidak terlalu teratur.
Karena setiap orang dengan sistem “siapa cepat dia dapat” harus rela
berdesak-desakan untuk mendapatkan beberapa helai tiket. Harga tiket kapal cepat
ke Pulau Saparua hanya Rp. 75.000. Tiket
yang kami beli sudah termasuk ada tempat duduknya.
Sesampainya di Pelabuhan Haria, kami menaiki ojek dengan membayar Rp.15.000 dan meminta untuk diturunkan di Benteng Duurstede. Benteng Duurstede memiliki pemandangan yang sangat eksotis. Sebelum menaiki tangga, saya sempat berjalan-jalan di sekitar luar Benteng dan menikmati pemandangan laut di sekitarnya. Kelihatan Pulau Nusalaut di kejauhan, dari halaman rumput tempat saya berdiri. Karena ada halaman rumput yang cukup luas, maka penduduk dengan sengaja meletakkan sapi-sapi mereka di sekitar rerumputan tersebut.
Sesampainya di Pelabuhan Haria, kami menaiki ojek dengan membayar Rp.15.000 dan meminta untuk diturunkan di Benteng Duurstede. Benteng Duurstede memiliki pemandangan yang sangat eksotis. Sebelum menaiki tangga, saya sempat berjalan-jalan di sekitar luar Benteng dan menikmati pemandangan laut di sekitarnya. Kelihatan Pulau Nusalaut di kejauhan, dari halaman rumput tempat saya berdiri. Karena ada halaman rumput yang cukup luas, maka penduduk dengan sengaja meletakkan sapi-sapi mereka di sekitar rerumputan tersebut.
Pemandangan Dari Luar Benteng Duurstede
Lalu
kami pun masuk ke dalam Benteng. Sejujurnya ada sedikit rasa merinding ketika
ada di dalam Benteng Duurstede. Karena mengingat kembali perjuangan Pattimura
dan teman-temannya untuk merebut Benteng ini dari Belanda. Bangunan Benteng
Duurstede itu masih terlihat kokoh walaupun sudah lama dibangunnya, sayangnya
memang beberapa bagian sudah lumayan lapuk dan tidak terlalu diperhatikan. Saya
pun menggunakan waktu itu untuk berjalan berkeliling Benteng. Pemandangan dari
atas Benteng tidak kalah menariknya. Benteng Duurstede dikelilingi oleh laut
dan kita bisa melihat beberapa meriam memang sengaja diarahkan ke laut, tempat
dulu kapal-kapal masuk untuk menyerang.
Pemdandangan Dari Dalam Benteng Duurstede
Meriam Di Dalam Benteng Duurstede
Mbak Upi Di Dalam Benteng Duurstede
Setelah
dari Benteng, kami pergi mencari makan siang di sekitar Benteng Duurstede,
tidak perlu kuatir karena banyak rumah makan enak yang bisa didatangi dengan
harga yang relatif murah. Selesai makan, kami tinggal menyeberang ke sebuah
hotel kecil yaitu Hotel Perdana yang saya rekomendasikan jika kamu memang
hendak menginap beberapa hari di kota ini, karena per malamnya hanya Rp.150.000
dengan fasilitas hotel yang lumayan memadai.
Istirahat
sebentar, kami lalu berkeliling dengan ojek, mengelilingi Pulau Saparua dari
satu negeri ke negeri lainnya (negeri adalah sebutan orang Maluku kepada
kampung) kami sempat berencana melihat cara pembuatan sempe (wadah Papeda,
makanan khas Maluku) tetapi karena pada saat itu adalah liburan akhir tahun,
maka Mama Mama yang biasanya membuat sempe juga liburan. Setiap berkeliling
dari satu negeri ke negeri kami sempat mampir untuk melihat Baileo atau rumah
rakyat setempat, dan pastinya melihat Tanjung Ouw, yang terletak di ujung Pulau
Saparua.
Selesai
berkeliling, kami menghabiskan waktu menikmati sunset di Pantai Pasir Putih,
yang terletak di samping Benteng Duurstede dan menyaksikan penduduk setempat
mandi-mandi di laut. Duduk di pasir merasakan halusnya pasir putih, hembusan
angin, dan canda tawa anak-anak setempat.
Tanjung Ouw, Tanjung Paling Ujung dari Pulau Saparua. Pulau ujung satunya adalah Pulau Nusalaut
Belum
selesai, kami pun pindah ke Bagian Belakang lain dari Benteng Duurstede, dan
ternyata pemandangan dari situ jauh lebih seksi. Laut yang tenang dan matahari
hampir tenggelam. Rasanya ingin sekali tinggal di Pulau Saparua lebih lama,
tapi sayangnya keesokan harinya kami harus pulang. Suatu hari nanti saya pasti
akan kembali dan menikmati Pulau Saparua lebih lama.
Pemadangan lainnya dari luar Benteng Duurstede
Sunset di Benteng Duurstede
Belum pernah ke Ambon dan sekitarnya >.< Suatu hari pasti akan kesana~ Amin!
ReplyDeletepengeeen traveling ke sanaaa, semoga bisaa..aamiin
ReplyDeleteKeren Te !
ReplyDelete