Showing posts with label 30 Hari Menulis Surat Cinta. Show all posts
Showing posts with label 30 Hari Menulis Surat Cinta. Show all posts

Thursday, January 19, 2012

Surat Cinta #6: Untuk F






Ayah, masih ingat terakhir kali kita bertemu? 

Sekitar 3 bulan yang lalu ketika saya pulang Ambon. Waktu itu ayah berdiri di sana. Dengan senyum yang khas. Tawa yang khas. Dahi yang sedikit berkeringat. Tapi itu tidak membuat saya undur untuk berlari dan mencium pipi. Memeluk tubuh. Ayah tidak terlalu kurus seperti ketika terakhir kali kita bertemu. Waktu itu ayah sedang mengunjungi kakak. Dan ketika saya sampai terlambat, ayah menunggu saya di pinggir jalan masuk. Hanya supaya memastikan saya baik dan sampai dengan selamat. 

Karena jarak yang memisahkan, kami biasanya hanya mengobrol di telepon. Ayah terkadang menelepon hanya untuk menanyakan saya sedang dimana dan bilang hati-hati pulangnya. Saya lebih tidak penting lagi menelepon hanya untuk bertanya apa kabar ayam-ayam di halaman belakang.

Ayah selalu berpikir saya masih anak kecil konde dua. Padahal saya sudah dewasa dan sudah tahu apa itu jatuh cinta dan patah hati. Banyak keputusan salah yang pernah saya lakukan. Tapi ayah tidak pernah ngejudge. Ayah selalu mendukung.

Saya suka sekali ketika ayah memanggil saya dengan “Nona” dan saya suka sekali memanggil ayah dengan “Bung” supaya kita seperti sedang pacaran. Seperti kekasih. Tapi tentu saja cinta ayah pada saya lebih dari sekedar seorang kekasih. Karena ayah punya kekasih dan itu adalah ibu.

Tidak ada yang mencintaimu seperti seorang anak kecil—sampai mencintainya seperti wanita dewasa—kekasih. Hanya ayah yang bisa melakukannya. Dan saya mencintai ayah seperti apa? saya tidak tahu. Yang saya tahu, saya punya ayah yang keren. Kelak anak saya punya kakek yang keren. 

Ayah sedang apa? sekarang rambut saya pendek.  



Wednesday, January 18, 2012

Surat Cinta #2: Untuk B


Hai. 

Oke. Kamu pria B. Saya ingat jelas wajahmu. Kamu hanya selang waktu ketika saya lebih tepatnya hati saya selesai dengan A. Saya ingat jelas-ketika kita jalan-jalan di sekitar kota (saya tidak usah menyebutkan namanya) supaya kesannya lebih misterius. Ada perkenalan singkat. Lalu setelah itu ada obrolan-obrolan panjang kita yang dilanjutkan kembali.

Saya ingat waktu itu friendster sedang happening dan saya menemukan kamu di sana. Sedangkan kamu dan saya sudah tidak ada lagi di kota yang sama. Terakhir kali saya tahu kabar kamu, katanya kamu sekeluarga sudah fix pindah ke kota itu.

Kemudian hubungan kita pun berlanjut kepada telepon-telepon panjang dengan beberapa pesan yang panjang juga. Yang ternyata saya masih menyimpannya. Dan ketika saya membuka lagi pesan-pesan itu. Saya suka geli sendiri. Karena ... Duh, saya pernah begitu apa ya? saya tidak berani bilang bahwa saya jatuh cinta sama kamu.

Karena hanya terlalu cepat saja. Hanya saja kamu memang seorang pria yang baik. Waktu itu kita pernah bercerita soal jazz, musik, visi, komunitas dan kamu adalah teman ngobrol yang menyenangkan. Kita nyambung. Dan bahkan kalau diingat-ingat saya punya panggilan sayang untukmu.

Berbeda dengan A. Kali ini kamu ada di notes-notes facebook saya (waktu itu facebook sudah mulai ada), lalu saya mulai rajin menulis puisi-puisi pendek untukmu.

Ih, saya norak.

Tapi terimakasih mengenalmu. Sampai akhirnya kamu pernah mengunjungi saya. Paling tidak ketika itu, saya cukup deg-degan untuk berpikir akan pakai baju apa. Lalu pilihan saya jatuh kepada dress ungu. Ya, saya ingat pertemuan kita. Dan kini ketika saya baca lagi, saya masih menemukan ini :

“..i appreciate your writing i think you'll be a great author. truly sorry if i offend you in some ways. it has been a blessing to get to know an amazing women of God such as you. keep your foot on His track.”

Saya anggap itu support yang baik.




Tuesday, January 17, 2012

Surat Cinta #1: Untuk A


Saya termasuk yang payah. Kali ini saya tidak tertib menulis surat cinta. Tetapi setelah dipikir-pikir, kenapa tidak? saya masih punya kesempatan untuk menulis. Lalu jika ditanya menulis surat cinta tiap hari, sampai kepada hari yang ke-30. Apa yang akan kamu tulis?

Saya akan menuliskannya kepada pria ke-satu sampai kepada pria ke-30.

Ya. Dan saya akan mengawalinya dengan menulis tentang kamu. Seorang pria berinisial A yang saya kenal beberapa tahun yang lalu. Entah kenapa saya tiba-tiba ingat kamu. Tadi ketika saya hendak melewati sebuah jalan, saya ingat tentang diary. Diary-diary saya di awal tahun 2000 yang semuanya isinya penuh tentang A.

Oke, kalau saat ini ada yang bertanya kenapa sampai hal itu bisa terjadi. Itu karena saya memang jatuh cinta sama kamu A. Maksud saya, oke—sebutlah itu adalah cinta monyet—karena waktu itu saya masih sangat muda. Tapi saya memang jatuh cinta. Lalu saya ingat sejak saat itu, hanya kamu yang ada di catatan-catatan diary saya.

Bahkan beberapa kali saya menulis bahwa, mungkin suatu saat kita bisa hidup bersama. Saya selalu suka kalau kita berada di kegiatan yang sama. Apalagi kalau kita melakukan perjalanan-perjalanan yang sama, seperti ke Solo waktu itu. Dan yang paling saya suka adalah ketika kamu mulai melucu.

Waktu itu saya masih sangat muda, saya bahkan baru berumur enambelas tahun dan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Jatuh cinta yang seperti apa waktu itu. Saya sendiri tidak tahu. Yang saya tahu, saya mencatat tentang dirimu selama kurang lebih empat tahun kemudian sejak itu—lalu kemudian saya pindah kota. Dan anehnya saya tetap menulis tentang kamu.

A, saya ini memang orang yang aneh.

Sampai akhirnya saya mendengar kamu menikah di kota ini. Dan sejak itu kamu tidak pernah ada lagi di dalam diary saya.

A, kamu pasti tidak pernah tahu. 






Sunday, February 13, 2011

Surat Cinta #28: Untuk Kupu-kupu di Perut

weheartit


Kepada kupu-kupu di dalam perut saya. Saya kangen merasakan kalian lagi. Saya merasakannya bertahun-tahun yang lalu. Kupu-kupu yang begitu banyak, sayap-sayapnya beregesekan pelan di antara usus dan dinding perut saya. 

Mereka terbang pendek, terkadang berjinjit halus di sana. Lalu mulai menari-nari pelan, padahal tidak ada lagu. Mereka hanya bergirang di dalam perut saya, dan membuat saya juga ikut bahagia. Pipi memerah. Senyum-senyum kecil sepanjang hari: jatuh cinta.

Sekarang saya begitu kangen.

Lalu suatu hari saya pulang dan bilang kepada dewi hujan, bahwa saya ingin merasakannya -- kupu-kupu itu lagi. Entah kenapa, dewi hujan tampak mengerti perasaan saya. Ia mengirimkanmu. Kita bertemu. 

Awalnya sama sekali saya tidak merasakan apa-apa. Di dalam hati saya berbisik pelan ah, tidak ada kupu-kupu lagi.. saya mencoba mendengarkan ke dalam perut saya, siapa tahu saya bisa mendengarkan suara-suara kecil mereka, atau kaki-kaki kecil itu. 

Namun, tidak ada. 

Saya sedih, mungkinkah sudah selesai. Saya pulang ke rumah dengan perasaan yang -- sedikit menyesal, karena ketika bersamamu: kupu-kupu itu tidak datang lagi. Tapi apa mau dikata, mungkin ini waktunya untuk kupu-kupu ini pulang, membangun rumah mereka di dalam perut yang lain. 

Saya tidur, memikirkanmu. Keesokan harinya ketika saya bangun pagi, ada yang bergerak-gerak. Ada yang bergesek-gesek di perut saya. Ada yang mulai melompat perlahan.

Ah, mereka masih di sana ternyata.

Iseng, saya berbisik pelan kepada mereka kemana kalian kemarin?

Kami tidur sayang, kami tidak ingin mengganggumu dengannya. 

Wednesday, February 9, 2011

Surat Cinta #27: Untuk Bayou

Di hari ke-27 ini saya akan menulis untuk seseorang. Seorang sahabat. Kami saling menyayangi dengan cara kami. Dan kami punya hubungan istimewa, tanpa lust. Kenapa saya menulis ini, karena saya tidak jatuh cinta dengannya begitupun dia tidak jatuh cinta dengan saya. Tapi kami punya chemistry yang sama. Kami saling menyayangi, itu saja. 

Saya akan sedikit menggambarkan tentangnya di surat ini: Bayou Kansil. Itu laki-laki paling passionate yang pernah gue kenal seumur hidup gue. Ngobrol di dekatnya, elo bakal ngerasain letupan-letupan yang selalu bikin bergetar. Dia selalu bercerita dengan mata berbinar-binar. Semacam konseptor yang memperhatikan detail. Elo akan nilai dia songong, kalau mulai ngobrol soal ide. Laki-laki yang kelihatannya garang, tapi hatinya gampang pecah. Dia adalah perpaduan antara yang keras dan lembut itu. Begitu menyayangi adik semata wayangnya. Super nyebelin kadang-kadang. Selalu tahu apa yang dia lakukan. Punya rasa sayang berlebihan. Lalu punya cita-cita yang besar. 

Saya selalu memandang dia sebagai orang besar suatu hari nanti. Saya selalu memperlakukan dia sebagai orang besar. Karena begitulah dia. Ketika mengobrol, berjalan, dibonceng, dipeluk,   duduk bersebelahan dengannya -- saya selalu tahu suatu hari nanti dia akan besar. 

Di kepala saya, saya selalu membayangkan ini: berkunjung ke studionya yang mewah lalu memesan undangan ulangtahun anak saya yang ke 5, mengobrol dengan istrinya, bermain dengan anak-anaknya kelak. Atau ini, mengajak anak-anaknya makan es krim suatu hari nanti lalu bercerita tentang Papa Bayou

Kalau ada yang tanya seperti apa Bayou Kansil: saya akan mengatakan bahwa kelak dia bakal jadi orang. Ya, saya hanya tahu itu dari hati saya.

Subuh ini, saya pulang dan tidak bisa masuk ke kos. Karena entah kenapa, tiba-tiba gembok kos saya diganti. Padahal sehari sebelumnya saya masih bisa masuk. Satu orang yang ada di kepala saya, untuk dihubungi: Bayou Kansil. Tadinya saya mau transit dulu di kosnya beberapa jam, tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan. Akhirnya saya memutuskan untuk lompat pagar kos, yang langsung disetujui oleh Bayou. 

"Sini, gue pegangin tas-nya Yo."
"Oke. Elo pegang ya. Gue naik, gue jago kok manjat." balas saya sambil sumringah, Bayou hanya menatap saya dengan senyum. Lalu ada kilatan di mata ngantuknya, dia percaya sama saya.  

Tepat sekali. Saya bisa melakukannya. Saya berhasil melompati pagar kos dengan mulus dan tanpa kurang suatu apapun :D ada sedikit pelajaran yang bisa saya petik dari ini: kadang kita bisa melompati hidup sendiri. Tetapi kadang kita butuh sahabat untuk menemani kita melakukannya.

Subuh tadi, ada Bayou menemani saya melakukannya. 

Siapapun yang menikahi Bayou Kansil kelak, harusnya juga punya keyakinan seperti saya: bahwa ia menikahi orang besar. Laki-laki yang tepat. Dan tak perlu cemburu sama saya, karena sampai kapanpun, Bayou Kansil akan selalu istimewa di hati saya. 

Kami bersahabat, dan saling menyayangi. 

Love you, B!

Surat Cinta #26: Untuk Cangkir Teh

Pagi ini, saya ingin menulis kepada cangkir teh. Rupanya selama ini saya tidak peduli dengannya -- melupakannya. Maafkan saya, cangkir teh. Kamu adalah cangkir favorit saya, warnamu putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna kuning di tengah.

Selalu terletak di meja kecil. Samping tempat tidur saya. Isinya, sisa teh semalam dengan bekas kantong teh yang terkadang masih ada di dalamnya. Biasanya, saya hanya mengingatmu ketika ingin membuat teh baru. Setelah itu saya kembali melupakanmu.

Apalagi akhir-akhir ini, ketika saya sangat sibuk sekali. Jarang di rumah. Pergi lalu akan kembali ketika larut malam. Kamu hanya tergeletak di sana. Kadang kamu kecut melihatku. Kadang kamu ingin memelukku. 

Bahkan terkadang kamu memanggilku "Theo, santailah sedikit, sini minum teh hangat sedikit, dari badanku.."

Seperti pagi ini. Saya bangun, melirikmu. Lalu mengambilmu, mencucimu, dan menyeduh teh hangat di badanmu yang kecil itu. 

Lalu duduk di depan netbook saya menulis ini. Bukan hanya itu, kamu masih ingat ketika saya pernah patah hati berbulan-bulan yang lalu, saya menangis sampai lupa ini hari apa. Tapi kamu di sana, setia mengamatiku, mengkomat-kamitkan sesuatu di bibirmu.



weheartit

"Sini Theo. Kecup saya. Minumlah saya."


Monday, February 7, 2011

Surat Cinta #25: Untuk Pria Sexy

Dalam hidup saya mengenal istilah dating. Bagi saya, pengertian dating adalah set a date, have some dinner. Pergi ke luar dengan beberapa pria biasa (baca: menarik) mungkin tidak ganteng-ganteng amat. Tapi mereka punya ketertarikan yang akan membuatmu betah mengobrol dengan mereka.

Ada semacam magnet yang akan membuatmu ingin mengenali hati mereka lebih dalam dan menempel lebih erat. Magnet ini tidak dapat saya jelaskan. Kamu hanya dapat mengetahui dari pertama kali berkenalan. Hanya click pada kesan pertama. 

Beberapa kali, saya melakukannya. Pergi keluar dengan pria-pria itu. Duduk mengobrol. Tertawa berlama-lama. Duduk dengan bir dan kacang goreng sampai jauh-jauh malam: lalu mengobrol dengan saling menatap mata lekat-lekat.

Pertanyaannya adalah kenapa harus mata?

Saya suka sekali menatap mata orang. Dan jawaban lainnya adalah kamu akan mengenali seorang pria dengan magnet itu dari matanya. Ada binar-binar yang terpancar dari sana. Lalu, saya hanya akan tahu bahwa mereka adalah pria yang worth it untuk diajak keluar. 

Kemudian terjadilah kegiatan dating itu. 

Dating ini sedikit berbeda dengan pacaran. Kalau pacaran kamu hanya akan berkomitmen kepada satu pria sedangkan dating adalah kamu akan keluar dengan beberapa pria dalam jangka waktu tertentu, melakukan kegiatan yang menyenangkan, itu saja. 

Ah, tak usah berburuk sangka dulu soal, kegiatan menyenangkan itu. Saya tidak akan menjelaskannya panjang lebar dalam tulisan ini. Intinya adalah, saya membiasakan diri saya untuk pergi keluar dengan pria-pria yang menarik. 

Pria-pria menarik ini, semacam punya sex appeal. Yang akhirnya membuat saya menyebut mereka dengan pria sexy. Sebut sajalah istilahnya seperti itu. Rasanya kalau kamu pergi keluar bersama mereka ada keyakinan dalam diri mereka yang ditularkan kepadamu. Ada rasa nyaman melimpah yang membuatmu ingin tinggal lebih lama, dan tak mau pulang. 

Mereka semacam tahu apa yang mereka lakukan dalam hidup. Mereka punya passion yang begitu besar terhadap apapun yang mereka kerjakan: hal kecil sekalipun.

Menyinggung sedikit mengenai passion. Bagi saya pria yang passionate itu sexy. Mereka selalu worth it untuk diajak keluar dan melakukan kegiatan menyenangkan. Mereka hanya akan membuatmu bergetar. 

Mungkin mereka tidak cukup ganteng seperti ukuran normalnya. 

Jadi pria sexy itu apa? Ia hanya pria biasa yang membuat perutmu berkupu-kupu. Kupu-kupunya biasanya betah berlama-lama. 




Mungkin ia tidak seperti Theo Hutchcraft. 


Tapi ia adalah pria yang akan membuatmu: ingin menciumnya lama-lama.

****
surat ini untuk pria sexy. kalau kamu punya, silakan cc-in link surat ini kepadanya. salam hangat dari saya.  


Surat Cinta #24: Untuk Impian

Sudah lama sekali saya tidak menulis di diary. Saat ini saya hanya concern menulis di agenda kecil saya saja. Itupun tidak sedetail dulu. Beberapa tahun ke belakang ini, saya memang sudah meninggalkan diary. 

Selain ada fungsi blog yang kemudian dimaksimalkan. Lalu paling tidak dua kali sehari saya memosting sesuatu di blog. Bukannya apa-apa, bagi saya terkadang ada keterbatasan di dalam bercerita tentang isi kepala kita kepada orang lain.

Dengan menuliskannya, saya merasa lebih lengkap. Dan lebih pas. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?

Di malam menjelang pagi ini, saya kembali lagi membuka beberapa diary lama saya. Salah satunya yang sempat saya pindahkan ke kos yang baru. Sedangkan yang lain, tampak tertinggal di kos yang lama, belum sempat saya ambil.

Salah satunya adalah diary pink yang saya tulis sekitar tahun 2005. Tulisan di dalamnya warna-warni. Saya ingat, dulu saya bahkan punya jadwal menulis diary setiap hari yaitu: jam empat sore. Itulah awal saya jatuh cinta kepada sore. Dan akhirnya memutuskan punya nama: perempuansore.

Salah satu halamannya berisi: apa yang menjadi impian saya. Beberapa impian besar yang ingin sekali saya capai di dalam hidup. Tentu saya tidak akan membukanya semua kepadamu. Saya malu. Tapi ada satu impian yang ketika saya membacanya kembali membuat saya, senyum-senyum kecil. Lebih kepada deg-degan.

Itu adalah: menikah.

Saya meletakkannya di list paling terakhir. Lengkap pula dengan gambarnya. Lalu ada tulisan kecil di gambarnya: And they never look back with regrets. Ever.

Ketika saya menulis impian itu, saya adalah anak gadis berumur dua puluh dua tahun. Entah apa yang ada di pikiran saya waktu itu. Tapi saya menuliskan impian saya. Beberapa belum tercapai, termasuk menikah. 

Hari ini saya menulis surat cinta kepada impian itu kembali. Kelak, saya akan menikah dengan seseorang. Yang mungkin adalah salah satu dari pembaca blog saya ini. Lalu ketika kamu membaca ini, pipimu sudah merah duluan. Ya, itu kamu. 

Saya bahkan telah mengetahui, bahwa kita akan bersama sejak usia saya masih dua puluh dua tahun. 

Kalaupun hari itu tiba, saya akan berbisik di kuping kamu:


100layercake.com

"We will never look back with regrets. Ever."


Sunday, February 6, 2011

Surat Cinta #23: Untuk Rasa Kangen

weheartit


Hai Kangen. 
Apa kabar kamu? Aku kangen. 

Kalau dimana-dimana selalu ada kamu. Mungkinkah itu yang dinamakan kangen. Jadi hari ini bahkan baumu ada diantara lagu-lagu yang dinyanyikan. 

#kangen itu semacam tangga lagu bisu tanpa lirik.

#kangen itu semacam selipan-selipan bon makan. Bekas makan berdua.

#kangen itu semacam kunyahan kue kering yang seret di mulut tanpa teh manis.

#kangen itu semacam tiap beberapa detik selalu ngecek hape.

#kangen itu seperti ingin sekali bermain hashtag di twitter. Apa daya waktu online-nya hanya sebentar.

#kangen itu seperti langit tidak berbintang. Tidak segemerlap biasanya.

Aku kangen. Telepon dong. Mention please. DM juga boleh.

#kangen itu seperti ingin mention. Tapi deg-degan.

****

Surat ini saya tulis kepada rasa kangen yang begitu memburu sepanjang hari ini. Siapa tahu kita sedikit lupa, apa itu rasa kangen. Ah, ini memang sengaja diambil dari hashtag twitter, supaya #nomention bisa membacanya. 

Selamat kangen. 

Friday, February 4, 2011

Surat Cinta #22: Untuk Random

Memangnya hidup itu koperasi simpan pinjam.

Kalau bukan saya dan kamu yang punya hidup. Sekali-kali kita harus "meminjamkan" hidup kita kepada orang lain tanpa minta "kembali."

Lalu siapa yang punya hidup?

Padahal, bukan saya atau kamu yang punya hidup?

Sayang sekali, saya terlalu pengecut. Bahkan kalau "meminjamkan" sesuatu pun, saya suka minta "kembali."

...atau mungkin harus berani menggadaikan hidup kita sendiri untuk orang lain.

Hidup itu meminjamkan hati bukan malah menyimpan hatimu di dalam laci, lalu kuncinya disimpan di bawah bantal.

Hidup harusnya mendapatkan hati orang, bukannya malah kehilangan. 

Kalau mau kehilangan hati orang, silakan "underestimate" dia.


weheartit

Ketika menulis ini, saya masih di kasur. Jacob pindah tidur ke depan pintu. Kenapa anjing pilih pintu untuk tidur, ia menjaga supaya tidak sembarang orang masuk menemui tuannya.

Mungkin hati seperti pintu. Perlu anjing penjaga di depannya. Supaya, tidak sembarang orang bisa masuk menemuimu.  

Ini bukan surat cinta. Hanya pikiran random saya. Mungkinkah ternyata, surat cinta itu lahir dari perasaan random kita kepada seseorang?

Atau sebenarnya satu hal yang paling random dalam hidup itu: cinta.

Jawablah diam-diam di dalam hatimu saja.



Thursday, February 3, 2011

Surat Cinta #21: Untuk BEN

Hai Ben. 

Apa kabar kamu pas baca surat ini. Kulitmu tambah gelap. Matamu tambah cekung. Masih sering pergi duduk di bangku taman, menunggu sore atau menunggu aku. 

Ah Ben. Hari-hari ini aku begitu sibuk. Aku nyaris melewatkan sore hampir setiap harinya. Tak ada waktu untuk menyapa. Tak ada waktu untuk menyentuh pipi sore. Ada rasa kangen juga. Tapi begitulah, aku terlalu sibuk. 

Aku ingin peluk kamu Ben. Supaya lelahku hilang. Aku ingin cerita lagi lama-lama di pundakmu di bangku taman itu lagi. Ketika aku menulis ini aku berpikir bahwa, kadang aku hanya butuh pelukan. Bukan ciuman. Hanya ingin merasakan degup jantungmu. Hanya ingin merasakan hangatmu. Hanya ingin menangis sekencangnya-kencangnya. Hanya ingin mengeluarkan segala penat di hati ini. 

Lalu bibirmu, cium sedikit saja. Tapi peluk aku yang lama. 

Sabar sedikit lagi ya Ben. Segera, setelah aku menyelesaikan semua urusan-urusanku. Kita harus bertemu. Kita harus duduk lagi di bangku taman itu. Ya, aku memang ingin merayakan sore bersamamu. 

Hari ini aku melihatmu Ben. Kamu sendirian. Kamu kelihatan kurus. Aku tak berani menyapamu. Aku tidak bisa. 


Maafkan aku ya Ben.




weheartit

Walau begitu, kamu harus tahu ini -- aku kangen merayakan tatapanmu. Walau kini kamu tak bisa membalas tatapanku lagi.

Aku di rerumputan, di bangku taman itu Ben. Duduk persis di sampingmu. Melihat begitu banyak kesedihan di matamu.


Aku mulai menangis pelan. Bahuku mulai berguncang-guncang. Kamu tidak juga menyadarinya. Bau rumput menyengat di hidungku. Suara adzan di kejauhan. Kamu pulang. Langkahmu lunglai berjalan pelan.


Aku masih setia duduk di bangku taman itu. 


Menunggu. 







Elana. 





Wednesday, February 2, 2011

Surat Cinta #20: (Balasan Surat Cinta) Untuk Miany


#18 kepada kamu ( yang mengaku ) pacarnya hujan
teruntuk Theoresia Rumthe ( @perempuansore )


ketika mengetahui bahwa #18 adalah surat cinta kepada personal di twitter ( sebenarnya aku kesal, karna sudah membuat surat cinta yang siap dipost untuk #18, dan masih menggangap tema tema dalam surat tertentu itu konyol dan ngga asik walau akhirnya aku turuti juga ) yang menurut masing - masing adalah orang yang berpengaruh atau timeline nya selalu menarik untuk dibaca, tentu saja aku langsung memikirkanmu.memangnya siapa lagi? tiffie sembiring? hakh!
siapa sih kamu sebenarnya?
selain perempuan eksotis berambut keriting panjang menawan?
kenapa seakan kamu bisa membaca pikiran ku, padahal kan kita ngga kenal.
apa kamu mata - mata yang dikirim oleh seseorang disana? tentu saja aku berani menuduhmu, karna hampir setiap posting mu di twitter bahkan di blog mu, aku merasa kau menulis tentang aku. tentang kecintaan pada hujan, petang, tentang perasaan mu pada nya, yang dalam versi mu dia itu Ben. biar ngga ketahuan, huh?
Darimana kamu mendapatkan kata kata sederhana yang begitu indah tapi ngga pernah terpikir untuk berkata sesederhana itu, dan setiap membaca nya yang terpikir selalu " aahh..... " .tapi juga nga cuma si " ahhh" yang keluar, sesuatu yang hangat juga sering terasa bergulir di pipi. setiap kata yang terbentuk di kalimatmu seperti serbuk sihir.
dan kata - kata mu yang paling aku ingat " kebahagiaan adalah tidur dengan bantal yang basah dengan air liur, bukan air mata " aku belum bisa nih nemuin kebahagiaan itu. doakan aku ya.
Terakhir, aku perempuan yang sangat normal, aku berdebar melihat pria apalagi yang jangkung dan pandai mengeluarkan melodi dari alat musiknya, tapi aku mo bilang, aku mencintaimu ( pemikiran mu, penampilan mu, kata - katamu, kalimat mu, dan semuanya ), perempuan sore.


with Love.
Theresia Miany 
(lihat, nama depan kita aja hampir sama :) )


****

Hai. Hm, kepada kamu pemilik akun twitter @berhentidi18, kira-kira saya harus panggil kamu siapa ya? Miany kah, begitu kamu dipanggil. Terharu sekali saya baca surat dari kamu sayang :(((

Terus terang saya bukan siapa-siapa. Saya hanya perempuan biasa-biasa saja yang suka sekali wara-wiri kesana kemari, paling tidak suka diam, lalu kadang saya menulis. Terima kasih karena kamu sudah memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap tulisan saya. 

Itu membuat saya merasa berharga.

Saya serius Miany. Mungkin kita memang belum pernah bertemu, bahkan kita juga bisa dibilang jarang berinteraksi lewat twitter. Tapi membaca suratmu membuat saya merenungi suatu hal: bahkan hal kecil-pun bisa menyentuh orang lain.

Suratmu begitu menyentuh saya. Saya membacanya ketika pulang dalam kondisi fisik dan hati yang begitu lelah sepanjang hari itu, lalu menemukan kesegaran ketika saya membaca suratmu. Seperti ada sesuatu yang dilepaskan.

Ah, kamu dapat salam dari Ben. Ben bilang terima kasih kalau kamu juga sudah sempat menyinggungnya di suratmu sedikit. Lalu hujan ceria sekali, ia loncat-loncat ketika tahu akhirnya ada yang menulis surat cinta kepada pacarnya :D

Lalu soal kutipan itu: " kebahagiaan adalah tidur dengan bantal yang basah dengan air liur, bukan air mata " sebenarnya saya menulis ini, karena waktu itu saya lagi sering menangis di atas bantal. Ini posisi favorit saya kalau menangis. Jangan ketawa, plisss...

Begitulah saya, hanya perempuan biasa-biasa yang mudah jatuh cinta terhadap hal-hal sederhana. Mudah sentimentil. Dalam sekejap juga bisa tertawa-tawa seperti orang gila. Saya suka sekali merayakan perasaan saya dengan cara menuliskannya.

Begitupun kamu bukan? itulah yang membuat kamu bisa menulis dan membuat saya tersentuh ketika membacanya.

Terima kasih Miany. Tetap menulis. Tetap jujur. Tetap menyentuh dengan hal-hal yang kecil. 

Salam kenal dan peluk sayang dari saya,

The.


Tuesday, February 1, 2011

Surat Cinta #19: Untuk Hati yang Luka

Mau taruh setiap hati yang luka ke dalam tanganMu. Pulihkan atau hancurkan sekalian, lalu bentuk yang baru.

Hai, hati yang luka. Saya tidak akan mengabaikanmu. Saya akan memelukmu, membalutmu, merawatmu sampai kamu sembuh.

Kalau hatimu luka, mungkin artinya ia sedang beranjak dewasa. Biarkan ia luka, biarkan ia dewasa.

Kalau hati sedang beranjak dewasa, mungkin ia juga akan mens pertama, tumbuh jerawat. Ia tidak kanak-kanak lagi.

Kalau hati sedang beranjak dewasa, ia mulai naksir-naksiran, punya pacar pertama, punya ciuman pertama.

Kalau hati sedang beranjak dewasa, ia gampang luka, ia gampang patah. Tapi dengan proses itu, ia akan tumbuh mejadi hati yang kuat.

Kalau hatimu luka, ia sedang belajar untuk menjadi kuat.

Kalau hatimu patah, ia sedang belajar untuk menopang lebih tangguh.

Kalau hatimu luka, mencintailah lebih banyak. Lebih penuh..


weheartit

Hallo, hati yang luka. Kita akan melewati ini bersama. Tenanglah, kamu tidak sendirian. 

Mari bergandengan tangan.


Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...