Tuesday, April 3, 2018

PUAN PUISI: sebuah malam, puisi, dan perempuan













Sudah lama saya mendambakan sebuah 'pertunjukan kata' yang penuh keintiman, sederhana, dan biasa saja. Sebuah kegiatan pembacaan puisi yang begitu hari-hari, tak ada pelantang suara, tak ada pelantang bunyi. Hanya manusia, suara, dan kata. Saling mengandalkan satu dengan yang lain tanpa kebisingan yang terlalu. Bahwa kata adalah tuan, dan ia dapat berdiri sendiri tanpa perekat lainnya. Bahwa kata seperti cinta, ia akan menghampiri hati siapa saja yang ia 'pilih'. Pada malam di Puan Puisi, saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, bahwa kata memang tak perlu dikawinkan dengan segala tetek-bengek lainnya. Ia mampu menjadi dirinya sendiri.

Ide acak yang datang di kepala saya perlu direalisasikan. Maka di hari Sabtu, 31 Maret 2018, acara Puan Puisi terlaksana sudah. Ada energi baru mengendap pelan-pelan di dalam hati saya ketika menyaksikan setiap puisi yang dibawakan. Tak hanya itu perenungan-perenungan kecil pun menyembul di hati saya. Bahwa merayakan perempuan; merayakan tubuhnya, merayakan nafasnya, merayakan pilihan-pilihan hidupnya, merayakan lelaki atau perempuan-nya, merayakan perpisahan, merayakan kesalahan, dan merayakan kemanusiaan, adalah sebuah perjalanan yang panjang.










Terima kasih untuk kawan-kawan perempuan yang telah membacakan perenungan-perenungan mereka tentang perempuan: Ayda Khadiva, Lian Kinan Project, Tsany Aulia, Andrita, Karina Sokowati, Gracia Tobing, Wienny Siska, Sekar Jagad, Navida Suryadilaga, Sasqia Ardelianca, yang telah hadir di Puan Puisi dan membawakan sebuah pertunjukan kata dengan begitu sensual dan agung. Meluruhkan sebuah rasa puisi yang baru, tak hanya di telinga, tapi juga di hati. Menggenangkan aroma kehidupan seperti air susu yang mengalir. Terima kasih untuk semua pendukung acara: Mr. Guan Coffee & Books dan Matoa Indonesia, semoga kolaborasi kita dapat terus berlanjut.



Terima kasih untuk langit Bandung yang begitu jernih, kopi-kopi yang tergeletak di meja, percakapan-percakapan yang memeluk, dan semua kawan yang sudah meluangkan hati dan hadirnya. Hati saya bergelimang syukur, semoga yang rahmani senantiasa melindungi kita semua.

(semua foto diambil oleh Gege Schoemaker)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...